Senin, 02 November 2009

makalah gizi buruk (kep. komunitas I)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kasus gizi buruk di sejumlah daerah masih sering terjadi, pemerintah dinilai belum serius menangani masalah tersebut. Pemerintah pun diminta segera mengeluarkan kebijakan untuk menyelesaikan tingginya angka gizi buruk yang mencapai 5,4 persen dari total populasi anak-anak di Indonesia.
Keluarga merupakan basis yang diyakini berperan besar terhadap perbaikan gizi, sekaligus peningkatan kualitas sumber daya manusia
Gizi buruk sebagai kondisi yang ada di balita kita adalah kerugian investasi bagi masa depan negara ini. bayangkan bila saat ini balita berada dalam kekurangan gizi .. sedangkan dalam masa ini terjadi pertumbuhan otak yang sangat vital bagi kecerdasan generasi penerus bangsa ini suatu saat kelak.
Anak yang dengan gizi buruk pasti akan terganggu perkembangan otaknya yang berujung tidak optimalnya otak dalam berfungsi. Dan bila ini terjadi pasti akan terdapat kekurangan dalam fungsinya pada saat dewasa.
Tanpa kita sadari kita akan mengantarkan negara ini bukan kepada rakyat Indonesia.
Saat ini penanganan Gizi Buruk terus berlangsung di seluruh pelosok negri ini. Menangani gizi buruk adalah merubah perilaku.
- Bagi kita yang sudah mempunyai kemampuan dan perilaku yang menyebabkan balita kita tumbuh dengan baik mari kita ajak sekitar kita untuk melaksanakan hal yang sama. Paling tidak kontak anda di facebook
- Bagi kita yang siap memberikan bantuan kepada sesama kita yang sedang menderita gizi buruk. Lakukan! Jadikan itu gerakan yang terus menerus membawa kebaikan bagi sesama.
- Bagi kita yang siap dalam bergabung mencegah timbulnya kasus gizi buruk mari kita laksanakan pola hidup yang bersih dan sehat dan terus menularkannya kepada sesama. Sebagai salah satu anak negeri ini kita punya kesempatan yang sama dalam berperan mengentaskan kasus2 dan menggalakkan Pencegahan Gizi buruk pada balita kita.

1.2 Tujuan penulisan
 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberi informasi tentang mengenai issu pada kasus Gizi buruk di kalangan masyarakat komunitas. Karena pada saat ini di indonesia sudah banyak di jumpai bayi-bayi dengan kasus gizi buruk.
 Tujuan Khusus
Tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang :
1. menjelaskan definisi gizi Buruk
2. menjelaskan tentang Penyebab Gizi Buruk
3. menjelaskan tentang klasifikasi gizi buruk
4. menjelaskan mengenai program penanggulangan gizi buruk oleh pemerintah
5. menjelaskan tentang pentingnya usaha pencegahan gizi buruk
6. menjelaskan tentang masalah-masalah gizi buruk
7. menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya gizi buruk
8. menjelaskan tentang Kebijakan kesehatan untuk gizi buruk di masyarakat
9. menjelaskan tentang peran perawat komunitas pada program keluarga binaan.
10. menjelaskan tentang target indikator kadarzi 2007
11. menjelakan tentsng kebijakan-kebijakan tentang pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
12. menerangkan mengenai strategi pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
13. menjelaskan tentang pokok-pokok kegiatan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan zat gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. (http://one.indoskripsi.com/node/748 )
Gizi buruk adalah keadaan gizi berdasarkan hasil penimbangan berat badan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berada di bawah garis merah atau berat badan (BB)/umur-3 SD standar WHO-NCHS.
Umumnya gizi buruk ini di derita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energi yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus / bakteri.( http://one.indoskripsi.com/node/748)

2.2 Penyebab Gizi Buruk
Penyebab gizi buruk di indonesia terbagi menjadi 2 yaitu ;
1. penyebab langsung
- penyakit infeksi
2. penyebab tidak langsung
- kemiskinan keluarga
- tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
- sanitasi lingkungan yang buruk
- pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Klasifikasi Gizi Buruk
Pada kasus gizi buruk. Biasa terbagi menjadi 3 kategori. Yaitu ;
- Kwashiorkor
1. wajah membulat dan sembab
2. mata sayu
3. cengeng dan rewel
4. rambut kusam, pirang dan mudah dicabut
5. bercak merah coklat pada kulit

- Marasmus
1. tampak sangat kurus
2. tulang terbalut kulit
3. wajah seperti orang tua
4. cengeng dan rewel
5. perut cekung
- kwashiorkor – marasmus
Gejalanya merupakan gabungan dari kwashiorkor dan marasmus.

Program penanggulangan gizi buruk oleh pemerintah
- Revitalisasi Posyandu, Puskesmas serta sarana penunjang lainnya.
- Advokasi untuk meningkatkan komitmen eksekutif, legislative, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk peduli dan bertindak nyata di lingkungannya.
- Memberikan bantuan pangan, makanan pendamping ASI, pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, penyuluhan gizi dan kesehatan.
- Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan.

Usaha pencegahan gizi buruk
- Melaksanakan sistem kewaspadaan dini secara intensif.
- Pelacakan kasus dan penemuan kasus baru.
- Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi, pendidikan dan ketahanan pangan intuk meningkatkan pengetahuan dan daya beli keluarga.
- Mengintegrasikan program perbaikan gizi dan ketahanan pangan ke dalam program penanggulangan kemiskinan.
- Meningkatkan pendidikan masyarakat terutama wanita.
- Pemberdayaan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) :
1. menimbang berat badan secara teratur
2. makan beraneka ragam setiap hari
3. Hanya memberikan ASI sampai umur 6 bulan dan diteruskan dengan pemberiam makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai umur 2 tahun.
4. menggunakan garam beryodium
5. memberikan suplemen gizi, seperti : Vit A dan tablet Fe

Masalah Gizi Buruk
Tolok ukur yang paling mudah untuk melihat status gizi biasanya melalui KMS (Kartu Menuju Sehat). Dalam pendekatan Positive Deviance, kader, bidan desa, PKK memegang peranan penting dalam menggerakkan masyarakat. Mereka bersama-sama melakukan FGD (Focus Group Discussion) untuk melihat norma-norma umum dan norma-norma khusus yang terjadi di masyarakat yang berhubungan dengan pola makan, pola asuh, pola pelayanan kesehatan, pola kesehatan pribadi dan lingkungan, dll. Dari hasil diskusi ini di pisahkan mana yang menjadi norma dan kebiasaan yang baik dan mana yang buruk. Yang mendasar di lakukan adalah bagaimana masyarakat menyadari bahwa gizi buruk/kurang merupakan masalah bagi mereka.
Dengan begitu diharapkan dari masyarakat muncul kesadaran untuk dapat keluar dari permasalahan itu. Ini yang penting sekali dan menjadi akar berhasil tidaknya program ini. Sebaik apapun kita mengatasi masalah maka masalah akan selalu muncul kembali jika tanpa memampukan masyarakat untuk menyadari dan mengatasi masalahnya secara mandiri.
Masalah gizi buruk tidak semata-mata kurang pangan, tapi menyangkut tentang pola makan, pola asuh, pola pelayanan kesehatan, pola kesehatan pribadi dan lingkungan, dll, dan itu bisa kita contoh dari lingkungan sekitar kita...ketika keluarga yang lain dengan tingkat ekonomi yang sama dapat merawat anaknya tumbuh sehat, mengapa yang lain tidak? Selama kita mau berubah, tidak ada yang tidak mungkin untuk kita lakukan, termasuk memberikan hak terhadap anak-anak kita untuk dapat tumbuh sehat.





faktor-faktor penyebab terjadinya gizi buruk
penyebab gizi buruk dapat dikarenakan oleh faktor kemiskinan, pengetahuan, pendidikan dan budaya kebiasaan.
1. kemiskinan
Kemiskinan sering didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu atau rumah tangga dalam mencapai standar hidup yang maksimal, sehingga tidak mampu memberikan yang terbaik bagi anggota keluarganya, baik dari nilai gizi dan kelayakan makanan. Secara garis besar ada hubungna antara kemiskinan dengan kesehatan, masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan pada umumnya memiliki kelayakan hidup yang lebih rendah, lebih rentan terhadap penyakit menular, tingginya angka kematian pada bayi, ibu hamil dan melahirkan serta proporsi kesehatan yang sangat rendah
2. pengetahuan
Pengetahuan orang tua tentang asupan gizi untuk anak juga sebagai pemicu munculnya gizi buruk. Selama ini banyak oarng tua yang menganggap jika anaknya hanya diberi makan nasi dengan kecap atau dengan lauk kerupuk atau hanya dengan ikan saja tanpa sayur, maka orang tua beranggapan itu sudah benar, karena anaknya sudah terbebas dari lapar, tetapi sebenarnya pemberian yang dilakukan secara terus-menerus akan berdampak pada anak sendiri, ketahanan tubuh akan lemah sehingga anak akan mudah terserang penyakit yang berkelanjutan.
3. pendidikan
Data dari Indonesia dan di Negara lain menunjukkan adanya hubungan antara kemiskinan dengan proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penuduk makin besar presentase anak kekurangan gizi makin besar pendapatan, makin kecil presentasinya. Hubungan bersifat timbal balik. Kurang gizi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktifitas. Sebalinya kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapatkan makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi dan seterusnya. (Irwandy, 2008)


4. budaya kebiasaan
Faktor social budaya dapat juga menjadi faktor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan mengkonsumsi makanan tertentu, seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut kecacingan. (Astuti Yuni Nursasi, inna-ppni.or.id.)

2.8 Kebijakan kesehatan untuk gizi buruk di masyarakat
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh banyak pihak untuk mengurangi persoalan gizi buruk. Meski berakar dari persoalan kemiskinan ekonomi, namun faktor non ekonomi tidak bisa diabaikan.
Dari menelusuri persoalan di tingkat rumah tangga, komunitas dan kebijakan publik, bisa dipetakan apa yang bisa diperbuat untuk menyelamatkan jutaan anak-anak yang terancam hilang. Disatu sisi intervensi di tingkat rumah tangga mesti dijalankan secara terpadu dengan intervensi di level komunitas. Di sisi lain, kebijakan publik tidak bisa lagi di rumuskan hanya berdasarkan orientasi.
masalah mendasar yang teridentifikasi dalam studi ini yang disadari atau tidak telah berdampak pada lemahnya efektifitas penanggulangan gizi buruk :
1. Lemahnya kerjasama dan koordinasi diantara beberapa pihak yang terlibat
2. Pendekatan yang condong emergensi/kuratif/jangka pendek tanpa disertai program-program strategis yang berorientasi preventif jangka panajng,
3. Diabaikannya potensi dan sumber daya komunitas lokal.
Persoalan gizi buruk tidak kalah seriusnya dengan setumpuk permasalahan anak lainnya. Beberapa kebijakan telah di buat oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi buruk ini.
1. UUD 1945 Pasal 34
Berbunyi : “Fakir miskin dan anak terlantar di biayai oleh negara”
2. Dalam Konvensi Hak Anak yang sudah diratifikasi Indonesia, Negara akan menjamin atas perawatan dan perlindungan anak terutama dalam bidang keselamatan dan kesehatan. Yang termasuk dalam lingkup kesehatan, bahwa Negara akan memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan yang layak agar bisa berkembang secara fisik, mental spiritual, moral maupun sosisl budaya.
3. program askeskin
Problem yang selama ini terjadi, akses kesehatan untuk anak yang berasal dari keluarga miskin sangat susah dan berbelit-belit,
4. program posyandu
Program ini seperti berjalan di tempat, jika ada dana untuk pemberian makanan tambahan baru dilakukan dan itu tidak sampai di pemukiman-pemukiman masyarakat yang kebanyakan adalah masyarakat yang sangat rentan dengan gizi buruk.
5. Program Best Practice
Salah satu program yang telah dicanangkan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas di Kabupaten Purworejo untuk menanggulangi masalah gizi buruk dengan pembuatan prosedur penanggulangan balita gizi buruk dari tingkat Rumah Tangga, tingkat Kecamatan ( Puskesmas ) sampai tingkat Kabupaten. Program yang di lakukan meliputi :
a. Penjaringan kasus balita gizi buruk
b. Pelayanan balita gizi buruk di puskesmas
c. Pelacakan balita gizi buruk dengan cara investigasi
d. Pelayanan balita gizi buruk di rumah tangga
e. Koordinasi Lintas Sektor dalam upaya penanggulangan balita gizi buruk.

2.9 Peran perawat komunitas pada program kluarga binaan.
Banyak sekali peran perawat yang dapat diterapkan dalam menghadapi masalah kesehatan komunitas. Mengenai masalah gizi buruk, peranan perawat komunitas dapat diwujudkan melalui penerapan program keluarga binaan. Meskipun banyak sekali peranan yang dapat dilakukan, ada 4 peranan utama yang dapat difokuskan pada program keluarga binaan, yaitu :
1. sebagai pemberi pelayanan keperawatan
2. sebagai case manager
3. sebagai pendidik
4. sebagai advokat

2.10 Target indikator pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.
Pemerintah telah menargetkan mengenai indikator-indikator dalam pencegahan dan penaggulangan gizi buruk. Target indikator nya berupa :
1. Peningkatan pendidikan gizi.
2. Penanggulangan kurang energi protein,
anemia gizi besi, gangguan akibat kurang
yodium, kurang vitamin A dan kurang zat
gizi mikro lainnya.
3. Penanggulangan gizi lebih.
4. Pemberdayaan masyarakat.
5. Peningkatan surveilans gizi.
KHUSUS
1. Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di
Posyandu, Puskesmas dan jaringannya.
2. Meningkatnya cakupan tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas
dan Rumah Tangga.
3. Meningkatnya kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Sakit, Puskesmas
dan Rumah Tangga.
4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan keluarga
sadar gizi.
5. Berfungsinya sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

UMUM
Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita menjadi setinggi-tingginya 20% dan prevalensi gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 5% pada tahun 2009

2.11 Tujuan Kebijakan – kebijakan pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
 Program Nasional Program Nasional. Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah
 Pendekatan komprehensif Pendekatan komprehensif, dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan.
 Semua kabupaten/kota secara terus menerus, dengan koordinasi koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.
 Menggalang Menggalang kemitraan kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha danmasyarakat di berbagai tingkat.
 Pendekatan Pemberdayaan masyarakat Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.

2.12 Strategi-strategi pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.
1. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
 Mengaktifkan kembali posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi keluarga dan masyarakat dalam memantau tumbuh kembang balita, dan menggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan tumbuh kembang.
 Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi, advokasi dan sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat.
2. meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
 Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota dengan prevalensi gizi kurang > 30%.
 Meningkatkan kemampuan petugas, dalam menejemen dan melakukan tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola oleh masyarakat melalui revitalisasi puskesmas.
3. meningkatkan sistem survaeilance, monitoring, dan informasi kesehatan.
 Mengaktifkan kembali sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKGP) melalui revitalisasi SKPG dan sistem kewaspadaan dini.
4. meningkatkan pembiayaan kesehatan termasuk perbaikan gizi buruk masyarakat.

2.13 Pokok-pokok kegiatan mengenai pencegahan dan penanggulangan gizi buruk.
1. Revitalisasi Posyandu
 Pelatihan/orientasi petugas Puskesmas dan lintas sektor
 Pelatihan ulang kader
 Pembinaan dan pendampingan kader
 Penyediaan sarana terutama dacin, KMS/Buku
KIA, panduan Posyandu, media KIE, sarana
pencatatan.
 Penyediaan biaya operasional
 Pemberdayaan ekonomi kader melalui penyediaan
modal usaha kader melalui Usaha Kecil Menengah
(UKM)
2. Revitalisasi Puskesmas
 Pelatihan manajemen program gizi di puskesmas bagi
pimpinan dan petugas puskesmas dan jaringannya
 Penyediaan biaya operasional Puskesmas untuk
pembinaan posyandu, pelacakan kasus, kerjasama
LS tingkat kecamatan, dll
 Pemenuhan sarana antropometri dan KIE bagi
puskesmas dan jaringannya
 Pelatihan tatalaksana gizi buruk bagi petugas rumah
sakit dan puskesmas perawatan
3. Intervensi Gizi dan Kesehatan
 Perawatan/pengobatan gratis di Rumah Sakit dan Puskesmas balita
gizi buruk dari keluarga miskin
 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-ASI bagi anak 6-23
bulan dan PMT pemulihan pada anak 24-59 bulan kepada balita
gizi kurang dari keluarga miskin
 Pemberian suplementasi gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe)
4. promosi keluarga sadar gizi.
 Menyusun strategi (pedoman) promosi norma keluarga sadar gizi
 Mengembangkan, menyediakan dan menyebarluaskan materi promosi
ke masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi pendidikan,
tempat kerja, tempat-tempat umum.
 Melakukan kampanye secara bertahap, tematik menggunakan media
efektif terpilih
 Menyelenggarakan diskusi kelompok terarah melalui dasawisma
dengan dukungan petugas

5. pemberdayaan keluarga.
 Pemberdayaan di bidang ekonomi
 Pemberdayaan di bidang pendidikan
 Pemberdayaan di bidang kesehatan
 Pemberdayaan di bidang ketahanan pangan
6. advokasi dan pendampingan
 Menyiapkan materi/strategi advokasi
 Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala
 Melakukan pendampingan di kabupaten
7. Revitalisasi SKPG
 Memfungsikan sistem isyarat dini dan intervensi, serta
pencegahan KLB
 Memfungsikan sistem pelaporan, diseminasi informasi dan
pemanfaatannya
 Penyediaan data gizi secara reguler (pemantauan status gizi,
pemantauan konsumsi gizi, analisis data susenas).















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bedasarkan penjelasan di atas kami hanya bisa menyimpulkan tentang masalah gizi buruk dalam komunitas.
Bagi perawat komunitas Perawat komunitas perlu memahami tugas secara mendalam dalam penanggulangan gizi buruk pada masyarakat, paradigma pelaksanaan peran sebagi perawat hendaknya tidak hanya berdasar pada profit oriented, tetapi juga perlunya pemahaman akan pentingnya kepedulian sosial.
Bagi masyarakat Masyarakat sangat dibutuhkan kerjasamanya dalam mengurangi jumlah anak yang mengalami gizi buruk. Oleh sebab itu antusiasme masyarakat dalam penanggulangan gizi buruk sangat dibutuhkan.
Bagi pembuat kebijakan kesehatan Pemerintah perlu membentuk komite penanggulangan gizi buruk yang direkomendasikan untuk dibentuk mulai dari level desa, kabupaten, propinsi dan pusat dengan anggota-anggotanya mencakup berbagai pihak dalam masyarakat yang sudah atau potensial terlibat dalam kerja penaggulangan gizi buruk, seperti : pemerintah, komunitas agama dan pemerintah yang mendukung. Melalui komite ini seluruh sumber daya yang ada bisa dipersatukan secara lebih efektif, efisien, berdampak luas dan berkelanjutan.










DAFTAR PUSTAKA

dr. Entjang indan. ilmu kesehatan masyarakat. Alumni UNPAD 1986. Bandung
Program akselerasi peningkatan gizi masyarakat di kutip melalui http://one.indoskripsi.com/node/748

Tidak ada komentar:

Posting Komentar